Minggu, 06 Januari 2013

4 Jenis Strategi Positioning Produk Untuk Memenangkan Persaingan

Masih bicara masalah strategi positioning (lagi), anda bisa mengembangkan strategi positioning dengan beberapa variabel. Menurut om Adhy Tristanto dalam bukunya cerdas beriklan, variabel tersebut adalah kategori, citra, fitur produk yang unik atau manfaat.

Eh, sudah tahu definisi positioning kan? Seperti biasa, kalau anda belum tahu, silahkan anda baca artikel DokterBisnis alias DB yang terdahulu tentang segmentasi targeting positioning.

Soalnya kalau anda pendatang baru di blog DB dan kebetulan belum begitu paham tentang positioning bisa berabe. Ntar saya di kira loncat-loncat penjelasannya.
Nah, detailnya anda bisa lihat berikut ini.

Positioning Kategori
Sebuah usaha laundry yang hanya melayani pakaian pria atau misal resto yang khusus melayani orang yang vegetarian bisa membangun strategi positioning-nya berdasarkan kategori produk tersebut. Tetapi, cara ini juga bisa anda pakai untuk produk paritas yang sulit menemukan atau memang tidak memiliki kekhususan, asal klaim anda tersebut belum dipakai pesaing anda.

Positioning Citra
Kalau yang satu ini, anda membuat strategi positioning yang bersifat asosiatif. Contohnya di Jogja, ada sebuah warung pecel yang sukses membangun citranya sebagai tempat makan sekaligus tempat yang paling tepat untuk bernostalgia semasa dulu menjadi mahasiswa.

Cuman masalahnya, strategi positioning citra akan mengalami kegagalan jika anda tidak membangunnya dengan kreatif, pilihan “image”-nya tidak realistik atau anda tidak mengkomunikasikannya dalam jangka waktu yang cukup lama sehingga anda tidak berhasil membangun asosiasi antara merek dengan citra yang anda kehendaki.

Positioning Fitur Produk yang Unik
Cara ini adalah anda memakai unsur yang unik yang dimiliki produk atau perusahaan anda. Fitur produk tersebut bisa atribut yang nyata (tangible) maupun yang tidak nyata (intangible). Saya akan ambil contoh yang diberikan oleh mas Adhy.

Penerbangan murah adalah atribut yang tidak nyata, tetapi penerbangan yang sederhana dan efisien adalah atribut yang nyata. Kalau anda masih bingung tentang masalah atribut nyata (tangible) dan atribut tidak nyata (intangible), anda bisa baca artikel saya tentang 3 masalah pemasaran.

Positioning Manfaat
Tipe positioning yang satu ini didasarkan pada manfaat, keunggulan yang dimiliki produk dalam memuaskan kebutuhan, keinginan serta selera konsumen anda. Manfaat umumnya berdasarkan pengalaman, bersifat fungsional atau simbolik. Lebih jelasnya tentang masalah manfaat produk, anda bisa baca di sini.

Dah cukup… segitu saja penjelasan saya mengenai strategi positioning produk. Ini sudah kedengaran suara mau adzan Jum’at. Saya mau mandi dulu untuk siap-siap. Bai-bai…
(sumber gambar : arieakbarnugroho.blogspot.com)

Segmentasi, Targeting, Lalu… Positioningkan Produk Anda!

Kemarin dulu saya sudah pernah membahas tentang segmentasi pasar. Kemudian di episode selanjutnya, om Jack juga pernah membahas masalah targeting. Nah kurang satu, yaitu masalah positioning produk atau jasa. Soalnya segmentasi targeting positioning merupakan satu kesatuan.

Dan poin pentingnya, positioning ini merupakan core-nya strategi. Sedangkan menurut Michael Porter, strategi adalah upaya untuk menghasilkan posisi yang unik dan valuable bagi pelanggan. Jadi memang klop kalau disebutkan bahwa positioning adalah core-nya strategi.
Ngomong-ngomong, anda sudah tahu positioning kan? Positioning di era klasik sering didefinisikan sebagai strategi untuk memenangi dan menguasai benak pelanggan melalui produk atau jasa yang anda tawarkan.

Tapi kalau menurut Om Hermawan Kertajaya, positioning adalah “the strategy to lead your costumer credible”. Upaya anda untuk membangun dan mendapatkan kepercayaan pelanggan. Bahasa gampangnya adalah janji yang anda tawarkan kepada konsumen yang harus anda penuhi.

Lha, kalau penjelasan lebih detailnya, positioning adalah satu, dua atau mungkin tiga manfaat yang diinginkan oleh konsumen dan yang dapat anda sediakan pada level yang lebih tinggi ketimbang pesaing anda.

Manfaat-manfaat tersebut bisa bersifat fungsional, emosional maupun ekonomis. Detailnya anda bisa baca di artikel mempengaruhi keputusan pembelian konsumen. Sudah? Sampai di situ saja pembahasan tentang segmentasi targeting positioning? Oo, tentu tidak!
Ada 4 resep dari Om Hermawan tentang bagaimana resep membangun positioning yang tepat. Dan ini pembahasan yang paling penting dari topik kita kali ini, segmentasi targeting positioning. Langsung aja…
  1. Positioning haruslah dipersepsikan secara positif oleh para pelanggan dan menjadi “reason to buy” alias alasan buat mereka untuk membeli produk atau jasa anda. Hal ini akan terjadi apabila positioning anda mendiskripsikan value yang anda berikan kepada konsumen anda dan value anda benar-benar merupakan aset bagi mereka. Sesuatu yang benar-benar meraka butuhkan!
  2. Positioning seharusnya mencerminkan kekuatan dan keunggulan kompetitif usaha anda. Jangan sekali-kali anda merumuskan positioning, tetapi anda ternyata tidak mampu melakukannya. Ini sangat berbahaya. Kenapa? Karena bisa over-promise-under-deliver. Dan kalau sudah begini, pelanggan akan mengecap anda telah berbohong! Kalau sudah demikian, habislah kredibiltas anda di mata pelanggan.
  3. Positioning haruslah bersifat unik sehingga dapat dengan mudah men-diferensiasi-kan diri dari para pesaing. Kalau positioning anda unik, positioning anda tersebut tidak mudah untuk ditiru oleh pesaing anda. Walhasil, positioning anda tersebut akan bertahan dalam jangka yang cukup lama!
  4. Positioning harus berkelanjutan dan selalu relevan dengan berbagai perubahan dalam lingkungan bisnis. Entah itu perubahan persaingan, perilaku pelanggan, perubahan sosial budaya dan sebagainya. Maksudnya begini. Jika ternyata nantinya postioning anda sudah tidak relevan dengan kondisi lingkungan bisnis, anda harus cepat mengubahnya. Dengan kata lain, anda melakukan repositioning!
Nah, begitu kira-kira pembahasan tentang segmentasi targeting positioning. Mumet ya? Kalau mumet alias pusing, ada pertanyaan seputar masalah positioning? Atau ada yang mau menambahkan?
(sumber gambar : adverdreams.blogspot.com)

Logo Produk Anda Nyawa Perusahaan Anda

Saya akan sharingkan kepada anda tentang arti pentingnya sebuah logo, karena banyak sekali orang yang masih asal-asalan dalam membuat logo produk atau perusahaannya.

Padahal akibatnya fatal. Anda bisa kehilangan banyak hal, termasuk branding perusahaan anda. Nah, sumber yang saya ambil juga nggak tanggung-tanggung, Tung Desem Waringin. Jadi jangan lewatkan artikel kali ini.

Langsung saja, sekarang coba anda sisihkan waktu selama 30 detik untuk menuliskan minimal lima logo produk yang anda ingat atau yang pernah anda lihat. Produknya bisa apa saja.

Sekarang pertanyaannya adalah, mengapa anda bisa mengingat logo produk tersebut? Jawabannya adalah biasanya, orang mengingat logo disebabkan karena bentuknya yang unik atau menarik. Atau karena logo tersebut mudah dilihat atau dibaca dan bentuk atau tulisannya mudah diingat.

Menurut om Tung DeWe, logo mempermudah kita untuk mengingat sesuatu. Mengapa? Karena pada dasarnya manusia lebih mudah mengingat gambar daripada tulisan.

Oleh karena itu, secara umum biasanya kita lebih mudah mengingat wajah seseorang dari pada mengingat namanya. Apalagi seperti saya. Pernah sewaktu saya sedang mengisi pelatihan internet marketing, saya sampai lupa berkali-kali nama seorang peserta. Padahal pelatihannya berlangsung selama 3 hari.

Maka, untuk melakukan branding, sebuah perusahaan semisal produsen minuman akan mematenkan botolnya, bentuknya, dan lain-lain yang bisa menunjukkan kekhasan suatu produk. Jadi anda tak perlu heran jika seseorang lebih mudah mengingat botolnya atau bentuk produknya daripada nama produknya.

Nah, supaya produk anda lebih mudah diingat oleh konsumen, selain bentuk desain produknya yang unik, anda juga perlu membuat logo yang menarik, mudah dibaca atau dilihat serta mudah diingat. Tujuannya adalah agar konsumen anda tidak mudah salah pilih dengan produk lainnya gara-gara bentuk produknya hampir sama dengan produk anda, padahal logonya berbeda.

Apalagi kalau produk anda adalah produk inovatif atau produk yang masih baru. Misalnya, karena sama-sama produk air dalam kemasan, bentuk botolnya hampir sama, terkadang orang lupa apa merek atau bagaimana logonya produk tersebut.
Maka, anda perlu mendesain logo sejak awal dengan perhitungan yang matang.

Beberapa hal yang harus anda perhatikan seperti yang telah dijelaskan di atas. Logo anda harus mempunyai unsur menarik, mudah dibaca atau dilihat, dan mudah diingat. Hal itu juga berkaitan dengan pilihan warna, tipe huruf dan komposisi bentuk.

Dan jika anda ingin memberikan penawaran yang sensasional, anda harus membuat logo anda sedemikian rupa sehingga orang akan mudah mengingat produk anda dan membelinya. Anda tidak akan was-was produk anda tertukar dengan produk yang lain.

Perlu anda ketahui, cukup banyak perusahaan yang mendesain logo hanya karena bentuknya dianggap indah ataumenarik saja, tetapi tidak mempertimbangkan faktor mudah dilihat, dibaca dan mudah diingat. Dan ketika produk dipasarkan, konsumen banyak yang lupa apa nama produknya dan bagaimana logonya.

Bisa jadi konsumen pertama kali akan membeli produk tersebut. Namun karena lupa merek atau logonya, di kemudian hari kemungkinan mereka akan membeli produk kompetitor yang logonya lebih mudah diingat.

Dan dalam membuat logo baik logo produk atau perusahaan, anda juga harus mempertimbangkan faktor teknis desainnya. Seperti bagaimana jika logo anda tersebut diletakkan di kop surat, amplop, brosur atau mungkin dalam beberapa bentuk atau media lain yang lebih kecil misalnya di kartu nama, bolpoint atau pensil.

Anda juga harus pertimbangkan apakah logonya masih terlihat dengan jelas atau tidak. Jadi anda harus menimbang apakah desain logonya masih bisa anda pertahankan komposisinya baik bentuk, warna, atau tipe hurufnya. Bila logonya terlalu rumit kemudian diaplikasikan ke dalam media yang kecil, biasanya logo menjadi terlihat tidak jelas.

Maka dari itu, banyak perusahaan-perusahaan atau produk yang mengganti logonya (bahkan dengan biaya yang sangat tinggi) menjadi lebih baik (memberi arti yang lebih positif), lebih menarik, mudah dilihat, mudah dibaca, dan mudah diingat.

So, jika anda belum telanjur membuat logo suatu produk atau perusahaan Anda, pertimbangkan kembali faktor-faktor tersebut.
(sumber gambar : ahli desain.com)

Amati… Tiru… Baru Modifikasi Produk Pesaing Anda!

Saya teringat sebuah pembicaraan dengan teman saya yang kebetulan juga partner bisnis saya sewaktu masih memperkuat tim LSI Jateng-DIY.

Waktu itu kami membahas ucapan salah seorang perwira polisi yang kami dampingi. Perwira polisi tersebut punya sebuah prinsip pribadinya yang sangat menginspirasi.

Prinsip tersebut adalah ATM, kepanjangan dari Amati, Tiru dan Modifikasi. Keren ya? Tapi sebenarnya, prinsip bisnis tersebut sudah tidak asing lagi di dunia bisnis. Anda sudah pernah dengar perusahaan atau produsen follower? Begini, dalam melaksanakan ide bisnis yang berkaitan dengan sebuah produk, anda bisa mempunyai dua pilihan.

Pertama, anda memilih sebagai produsen inovatif seperti yang pernah saya jelaskan pada artikel sebelumnya. Atau kedua, anda memilih sebagai produsen kreatif yang biasa disebut sebagai perusahaan atau produsen follower.

Berhubung pilihan yang pertama sudah pernah saya bahas, maka pada artikel kali ini saya akan bahas keuntungannya jika anda memiilih menjadi produsen tipe kedua, yaitu follower.
Keuntungan yang pertama adalah, pasar sudah diedukasi oleh si pioner. Saya sudah mengalaminya sendiri. Pada saat saya dan teman bisnis saya masih bergerak di usaha budidaya lobster air tawar, kami kesusahan untuk mengedukasi pasar.

Kebetulan jenis pasar yang sangat susah kami edukasi adalah pasar industri dan pasar penjual, khususnya restoran seafood. Begitu kami berubah arah ke udang galah, alhamdulillah dalam hitungan minggu kami sudah dapat beberapa pembeli besar yang bersedia menampung hasil panen kami.

Kedua, ada biaya penelitian yang terpangkas dalam operasional sang follower. Jadi anda nggak perlu ribet-ribet lagi melakukan penelitian dari nol, karena sebagian besar sudah dilakukan oleh si pioner. Tinggal anda amati, kemudian anda tiru, setelah itu anda modifikasi. Beres dah…

Ketiga, resiko gagal juga sangat minim. Penyebabnya sederhana saja, mayoritas kegagalannya sudah dialami oleh si pioner. Berbeda dengan pioner yang berkali-kali menemui kegagalan seperti yang dilakukan oleh Thomas Alva Edison, 10 ribu kegagalan bro…
Dan Keempat, anda tidak perlu lagi melakukan “trial & error” dalam introduksi atau pengenalan produk pertama kali ke konsumen.

Anda sebagai produsen follower tinggal memanfaatkan pengetahuan konsumen yang telah diedukasi oleh produk pioner, riset pasar yang dilakukan oleh pioner dan segmentasi pasar yang telah tumbuh.

Dan dari poin kedua sampai poin keempat di atas, kami benar-benar sudah merasakannya. Tidak sampai 6 bulan setelah memutuskan berganti jenis usaha, kami sudah bisa menjalankan usaha budidaya udang galah ini. Kami hanya mengamati tren dan perilaku konsumen di industri ini.

Untuk teknik produksinya, kami juga tinggal meniru senior-senior kami yang sudah berhasil. Sisanya, kami modifikasi sedemikian rupa sehingga hasil produksinya kami perkirakan bisa lebih banyak. Padahal di usaha sebelumnya, kami membutuhkan waktu hingga 4 tahun lebih untuk mempersiapkan segalanya hingga layak jual.

Saya akan kasih contoh produk yang terkenal supaya anda bisa lebih “tervisualisasi” untuk memahaminya. Extra Joss buatan PT. Bintang Toedjoe merupakan produk baru yang mengekor produk lain yang telah di edukasi oleh Lipovitan. Kalau produk pionernya menggunakan botol, Extra Joss berbentuk serbuk yang dikemas dalam bentuk sachet.

Dan menurut riset yang dilakukan oleh Frontier Consulting Group, produk ini mempunyai indeks top brand lebih tinggi dibandingkan dengan produk-produk pesaingnya.

Kalau contoh usaha follower untuk skala UKM bisa anda lihat seperti ini. Misalkan di lokasi tempat tinggal anda ada usaha jus pioner yang sudah berjalan tetapi kurang berhasil karena berbagai sebab. Entah manajemen organisasi-nya, sistem promosi-nya atau apapun penyebabnya.

Anda bisa mempertimbangkan untuk membuka usaha jus di lokasi tersebut dengan mempelajari apa penyebab kegagalan usaha jus si pioner tadi. Bisa jadi dengan edukasi yang telah dilakukan oleh si pioner tersebut, anda sebagai follower tinggal meneruskan dan memodifikasinya sehingga usaha jus anda lebih paten.

Jadi kesimpulannya, anda bisa memilih jalan sebagai produsen follower dengan melakukan prinsip ATM tadi; Amati, Tiru…Modifikasi. :) Sukses selalu dan selamat mencoba…
(sumber gambar : blogputra.com)

Plus Minusnya Jika Anda Menjadi Produsen yang Inovatif

Saat mempunyai sebuah ide bisnis baru, seringkali seseorang juga mempunyai ide produk baru. Dan produsen yang menemukan pertama kali produknya yang benar-benar baru dinamakan produsen yang inovatif.

Jadi, jika anda menciptakan produk yang belum ada menjadi produk yang sudah ada, anda disebut inovator. Contohnya Thomas Alva Edison. Ia mempunyai keyakinan dengan ide produk inovatifnya, yaitu sebuah lampu pijar yang terang benderang.

Untuk mewujudkan ide produk barunya, ia harus rela melalui proses yang sangat panjang. Ia harus gagal sebanyak sepuluh ribu kali hingga ia menemukan lampu pijar seperti yang sekarang ini.

Biasanya nih, seseorang yang baru terjun di bisnis terutama untuk skala industri kecil menengah, sangat semangat untuk membuat produk yang belum pernah ada di pasaran. Idealismenya sangat kuat.

Tapi saran saya, sebelum anda ingin mewujudkan ide produk yang benar-benar baru tersebut, ada baiknya anda mempelajari dulu kelemahan dan kelebihannya. Perbandingan ini saya dapat secara tidak langsung dari pak Fandi Tjiptono, salah seorang pakar marketing…
Kelebihan Produk Pioner
  1. Anda dapat menikmati pangsa pasar yang masih luas.
  2. Anda mempunyai akses distribusi yang kuat karena anda yang pertama kali masuk.
  3. Brand anda jadi sangat familiar di mata konsumen.
  4. Loyalitas konsumen terhadap merek produk yang anda bangun tinggi.
  5. Potensi laba yang masih besar karena belum ada pesaing yang bermain.
  6. Anda yang menentukan standar kualitas industrinya.
Kelemahan Produk Pioner
  1. Anda harus unggul dalam hal teknologi, sehingga diperlukan investasi yang besar.
  2. Resiko kegagalan dalam introduksi produk baru relatif besar.
  3. Biaya riset dan pengembangan produk sangat mahal.
  4. Proses inovasi melewati tahapan-tahapan yang panjang dan tidak berguna akibat kemajuan yang berlangsung lambat karena faktor trial dan error.
  5. Anda harus menciptakan dan mengembangkan permintaan primer serta mengedukasi pasar.
Kira-kira anda sudah paham kan baik buruknya jika anda memilih sebagai pencipta produk baru yang sama sekali belum pernah ada sebelumnya?

Ok, saya bagikan pengalaman saya sewaktu saya berkeinginan menjadi produsen inovatif, walaupun sebenarnya produk tersebut belum bisa benar-benar dikatakan produk inovatif. Tapi pelajaran yang bisa anda ambil insya Allah mirip jika anda ingin membuat produk pionir.

Dulu, saya bersama teman satu tim saya berusaha keras untuk menjadi produsen pioner di usaha budidaya lobster air tawar. Karena keterbatasan info bisnis bidang tersebut, kami berusaha untuk menciptakan sistem pembesaran sendiri, membuat peralatan yang bisa mendukung dan memaksimalkan pembibitan serta mengedukasi pasar.

Tiga setengah tahun kemudian akhirnya kami sempat menjadi pemimpin pasar di Jogja, walaupun cuman beberapa saat. Sayangnya, kami tidak bisa meneruskan usaha itu.
Karena untuk memperlebar pasar, kami sangat kesusahan untuk mengedukasi pasar. Di samping itu, biaya riset produksi kami tinggi sekali karena kami seringkali trial dan error. Persis dengan poin-poin yang saya terangkan di atas kan?

Akhirnya untuk sementara waktu kami memutuskan untuk pindah ke usaha budidaya udang galah. Lebih mudah edukasi pasarnya dan kami lebih mudah dalam mempelajari teknik dan perkembangan bisnisnya, karena usaha jenis ini sudah banyak pionirnya.

So, sebelum anda berkeinginan untuk membuat dan memasarkan produk inovatif yang benar-benar baru, pertimbangkanlah masak-masak dulu kelebihan dan kelemahannya menjadi produsen inovatif. Karena anda bisa jadi sangat sukses dan mempunyai laba yang besar, tetapi bisa juga produk baru anda gagal dan perusahaan lain tinggal meneruskan usaha yang telah anda lakukan.

Tapi ingat, apapun tipe bisnis anda jika anda menginginkan untuk membuat produk pioner, lakukan riset pasar agar produk anda tidak gagal di pasaran. Sukses buat anda dan selamat membuat produk inovasi yang super baru jika anda sudah siap segalanya…
(sumber gambar : koleksi-informasi.blogspot.com)

Jika Anda Takut Memulai Usaha, Baca Artikel Ini!

Beberapa waktu yang lalu saya pernah terlibat pembicaraan serius dengan teman satu kuliah saya tentang memulai bisnis. Kebetulan istrinya juga sama-sama satu almamater.

Saat itu posisi teman saya sedang berhenti bekerja dan ingin tahu bagaimana memulai usaha. Karena dulu teman satu kuliah, saya serius untuk mengajaknya berbisnis, memulai usaha kecil.

Setelah mencari beberapa jenis jenis usaha yang prospek, akhirnya saya menelpon teman saya tersebut. Ternyata teman saya tersebut berubah pikiran dan menolak peluang usaha yang saya tawarkan. Penyebabnya adalah dia sudah diterima bekerja di sebuah perusahaan swasta di Jakarta.

Kemudian saya tanyakan kepada istrinya, “Katanya kemaren ayahnya (baca : suami) ingin memulai bisnis. Apa nggak jadi bu? Kenapa?”, tanya saya basa basi. Istrinya menjawab, “Kayaknya dia nggak bakat bisnis deh. Orangnya nggak ulet. Nggak seperti kamu.”

Karena pembicaraan kami di telepon dan saya malas untuk berdebat, akhirnya saya sudahi. Ada satu hal yang masih mengganjal di hati saya pada waktu itu, yaitu ucapan “kayaknya dia nggak bakat deh”. Memang betul, bisnis itu tidak untuk semua orang. Tapi dia kan belum coba, pikir saya. Wah, belum-belum sudah pesimis duluan.

Inilah ketakutan hampir semua orang jika mereka ingin memulai usaha, ”tidak berbakat”. Sekarang menurut anda, apakah seseorang dilahirkan sebagai seorang entrepreneur atau mereka dididik untuk menjadi seorang entrepreneur?

Kalau anda cermati, menanyakan apakah seseorang dilahirkan sebagai entrepreneur atau dididik untuk menjadi entrerepneur adalah sesuatu yang tidak masuk akal. Akan sama halnya jika ada yang menanyakan apakah seseorang dilahirkan sebagai karyawan atau dididik untuk menjadi karyawan.

Atau ada yang tiba-tiba bertanya kepada anda, apakah menjadi karyawan adalah bakat? Bagaimana reaksi anda jika ditanya dengan pertanyaan seperti itu? Pasti anda akan merasa aneh kan?

Orang itu bisa dididik. Mereka bisa dididik untuk menjadi seorang karyawan atau seorang entrepreneur. Memang untuk memulai bisnis, bakat itu mempercepat seseorang untuk sukses.
Saya tidak menyangkal hal tersebut. Tapi kesuksesan itu lebih ditentukan oleh kerja keras.  Kesuksesan itu 99% kerja keras, 1% bakat. Hal itu berlaku juga dalam memulai usaha. Seandainyapun memang ada yang berbakat untuk bisnis, bukan berarti bisnis dan investasi itu tidak bisa dipelajari.

Bakat bisa membuat seseorang hebat. Tapi kerja keras dan kerja cerdas bisa membuat seseorang menjadi bagus. Penyebab ada lebih banyak karyawan daripada entrepreneur adalah semata-mata karena sekolah kita mendidik generasi muda untuk menjadi karyawan. Mereka tidak dididik untuk memulai usaha.

Itulah sebabnya, begitu banyak orang tua yang berkata kepada anak-anaknya, ”Pergilah bersekolah supaya kamu kelak mendapat pekerjaan bagus”. Betul demikian? Saya yakin ya. Pernahkah anda mendengar ada orang tua berkata kepada anaknya, ”Pergilah bersekolah supaya kamu menjadi seorang entrepreneur”? Jarang sekali, bahkan tidak ada!

Satu lagi ketakutan jika orang mau terjun memulai usaha baru, takut gagal. Takut nanti bisnis baru-nya hancur lebur. Padahal, penyebab kegagalan bisnis itu bisa dipelajari. Ok, akan saya terangkan kepada anda.

Kalau anda tahu besok takdir anda adalah menjadi seorang entrepreneur yang sukses, apa yang akan anda lakukan? Pasti anda akan tidur-tiduran di sofa yang empuk. Tidak cepat-cepat untuk memulai bisnis.

Mengapa? Karena anda tahu bahwa anda pasti akan sukses. Begitu juga sebaliknya, jika anda tahu bahwa besok anda tidak akan menjadi entrepreneur yang sukses, apa yang anda lakukan?

Pasti anda akan tidur-tiduran, karena anda tahu bahwa takdir anda adalah seorang wirausahawan yang gagal. Gagal dalam memulai usaha. Itulah sebenarnya hikmah tidak ada yang tahu bagaimana masa depan kita. Supaya kita terus berusaha, tidak putus asa dan patah semangat.

So, yang penting adalah jalani proses-nya. Berpikirlah positif selalu. Jangan takut gagal. Tidak ada yang instan di dunia ini. Semua ada harganya. Bersabarlah dan fokus. Tidak pernah ada atlet sepakbola yang tiba-tiba sukses. Mereka perlu berlatih berbulan-bulan bahkan bertahun-tahun.

Sampai saat ini saya juga masih mengalami banyak kegagalan. Tapi saya terus bangkit dan berusaha memperbaiki kesalahan bisnis saya. Semangat bisnis saya terus berkobar.

Setiap kali saya jatuh, terutama disaat awal saya memulai bisnis sendiri, tidak pernah terlintas di benak saya bahwa saya tidak berbakat. Anda juga tidak berpikir saya tidak berbakat menjadi pengusaha suskes khan? :)
(sumber gambar : ilinsenjaya.com)

Jangan Phobia dengan Biaya Tetap dan Biaya Variabel!

Seorang pengusaha harus paham masalah arus kas. Arus kas adalah pondasi paling dasar dari sebuah bangunan bisnis. Begitu arus kas hancur, mekanisme keseluruhan bisnis akan rontok satu persatu.

Pengetahuan dan pengendalian terhadap arus kas juga merupakan kunci utama jika anda mencari investor. Padahal bagi sebagian besar pengusaha, arus kas merupakan momok tersendiri.

Siapa yang nggak pusing dengan deretan angka-angka yang njlimet? Maka dari itu, saya akan terangkan dengan pembahasan yang sederhana. Tujuannya adalah agar anda tahu bagaimana cara membaca arus kas. Kalau masalah bikinnya, serahkan pada ahlinya.
Seperti saran saya yang sudah-sudah, anda bisa pekerjakan orang atau meng-hire konsultan keuangan. Yang penting anda tahu intinya. Nggak perlu repot-repot sampai tahu cara membuat laporannya.

Ok, kita mulai. Ada beberapa hal yang perlu anda ketahui perihal arus kas ini. Pada postingan edisi terdahulu, saya telah membahas masalah fungsi utama neraca. Sekarang saya akan bahas bagian dari pelajaran arus kas lainnya yang tidak kalah penting, yaitu biaya. Apa itu biaya?

Kata mbak Peni R. Pramono dalam buku seri UKM-nya, biaya adalah semua yang anda keluarkan untuk sebuah proyek. Contohnya jika anda mempunyai usaha kedai makanan, beli es batu, beli buah segar, beli bahan baku makanan atau membayar upah karyawan anda adalah biaya. Simpel sebenarnya kan?

Nah, jenis biaya ini banyak. Ada biaya tetap, biaya variabel, biaya incremental, biaya langsung, biaya tidak langsung, dan sebagainya. Yang akan saya bahas sekarang hanya 2 saja, yaitu biaya tetap dan biaya variabel. Ntar ndak tambah mumet kalau kebanyakan…

BIAYA TETAP
Bahasa kerennya fixed cost. Biaya tetap adalah biaya yang umumnya selalu konstan, bahkan di masa sulit. Biaya tetap tidak terpengaruh oleh perubahan-perubahan dalam aktivitas operasi sampai pada kondisi tertentu, kondisi dimana sesuai dengan kapasitas yang tersedia. Bingung ya? Saya juga, ho..ho..ho..

Saya kasih contoh saja, oke? Misalkan anda punya usaha toko komputer. Biaya untuk menggaji karyawan yang jaga toko adalah 500 ribu per bulan. Mau yang beli komputer dalam sehari ada 10 orang atau nggak ada yang beli sama sekali, biaya yang harus anda keluarkan tidak berubah, yaitu 500 ribu buat menggaji karyawan anda yang jaga toko tadi. Oleh sebab itu 500 ribu tadi disebut biaya tetap. Sudah paham kan?

BIAYA VARIABEL
 Biaya variabel atau juga disebut variable cost adalah biaya yang umumnya berubah-rubah sesuai dengan volume bisnis. Makin besar volume penjualan anda, makin besar pula biaya yang harus anda keluarkan. Kalau contoh yang gampang, biaya bahan baku dan biaya tenaga kerja dalam pembuatan sebuah produk adalah biaya variabel.

Sekarang saya jelaskan dengan contoh kasus saja ya. Biar enak memahaminya. Anda tahu baglog? Baglog itu bibit media tanam jamur tiram. Jelasnya bisa anda baca artikel saya tentang usaha jamur tiram. Misalkan pembuatan sebuah baglog membutuhkan biaya 1500 rupiah untuk bahan bakunya dan 500 rupiah untuk tenaga kerja yang membuatnya.

Maka biaya variabel dari baglog tersebut adalah 2 ribu rupiah per unitnya. Total biaya variabelnya bisa berubah-ubah, bergantung berapa banyak baglog yang bisa dibuat oleh si buruh.

Bila si buruh ternyata bisa membuat 10 baglog, maka total biayanya adalah Rp. 2.000,00 x 10 unit = Rp. 20.000,00. Kalau cuman bisa buat satu biji ya biaya variabelnya hanya Rp. 2.000,00 x 1 unit = Rp. 2.000,00. Biaya ini yang dikatakan biaya variabel, karena berubah-ubah tergantung pada volume bisnis tersebut.

Kemudian, apa gunanya kita tahu biaya tetap dan biaya variabel? Salah satunya adalah jika anda hendak menghitung berapa titik impas usaha anda, anda perlu memasukkan rumus titik impas dengan biaya tetap dan biaya variabel. Yang paling klasik ya buat mendukung pembuatan laporan laba rugi.

Atau jika anda ingin mengganti sistem operasi yang sudah berjalan dengan yang baru. Sepanjang rentang aktivitasnya tidak berbeda jauh, anda bisa pakai biaya variabel ini buat pertimbangan dalam mengambil keputusan.

Sudah jelas kan sekarang apa beda biaya variabel dengan biaya tetap. Kalau belum jelas cari aja sumber yang lain ya. Kalau mau nanya ke saya, jangan yang rumit-rumit. Saya juga phobia sama keuangan, ha..ha..ha..
(sumber gambar : pasarkreasi.com)