Cerita
sukses tak selalu bermula dari ide besar. Banyak sukses yang justru
lahir dari gagasan sepele. Ada juga yang menangguk untung besar lantaran
kelihaiannya mengadopsi dan meniru temuan orang lain. Tetapi tak
sedikit juga yang meraih sukses karena keberaniannya menanggung risiko
dan kreativitasnya dalam melakukan inovasi terhadap sesuatu yang sudah
ada. Inilah cerita para pengusaha sukses dunia ;
1. Steve Jobs
Anda pasti mengenal produk Mac, iPod,
dan yang terakhir iPhone. Ketiga produk itu adalah brand yang sangat
terkenal dari perusahaan Apple Inc. Bahkan, Apple saat ini dianggap
sebagai salah satu perusahaan paling berpengaruh dalam perkembangan
teknologi dunia. Lantas, apa sebenarnya kunci sukses dari Apple dalam
menciptakan inovasi teknologi tersebut? Adalah sosok Steve Jobs, sang
pendiri Apple lah yang memiliki visi jauh ke depan sehingga membuat
Apple menjadi perusahaan yang sangat disegani hingga kini. Namun, jika
menengok kisah Steve, kita sebenarnya bisa melihat betapa ia adalah
sosok pengagum kesederhanaan dan keindahan. Inilah dua kunci dasar –
selain visinya ke depan – yang membuat Apple berhasil mematahkan
dominasi Microsoftnya Bill Gates.
Bagi Anda yang sudah akrab dengan
beberapa produk Apple, pasti segera tahu betapa produk Apple sangat
sederhana dan user friendly. Namun, meski sederhana, bentuknya sangat
elegan. Inilah yang membuat Apple selalu punya penggemar fanatik. Tentu,
hal ini tak bisa lepas dari sentuhan tangan dingin sang pendiri, Steve
Jobs.
Steve Jobs lahir pada 24 Februari 1955
dari seorang ibu berkebangsaan Amerika, Joanne Carole Schieble, dan ayah
berkebangsaan Syria, Abdulfattah “John” Jandali. Namun, saat
dilahirkan, ia segera diadopsi oleh pasangan Paul dan Clara Jobs. Sejak
kecil, Jobs sudah menunjukkan ketertarikannya pada peranti elektronik.
Bahkan, dia pernah menelepon William Hewlett – presiden Hewlett Packard –
untuk meminta beberapa komponen elektronik untuk tugas sekolah. Hal itu
justru membuatnya ditawari bekerja sambilan selama libur musim panas.
Di Hewlett-Packard Company inilah ia bertemu dengan Steve Wozniak, yang
jadi partnernya mendirikan Apple. IQ-nya yang tinggi membuat Steve ikut
kelas percepatan. Tapi, ia sering diskors gara-gara tingkahnya yang
nakal – meledakkan mercon hingga melepas ular di kelas. Di usianya yang
ke-17, ia kuliah di Reed College, Portland, Oregon. Namun, ia drop out
setelah satu semester. Meski begitu, ia tetap mengikuti kelas kaligrafi
di universitas tersebut. Hal itulah yang membuatnya sangat mencintai
keindahan.
Tahun 1974 ia kembali ke California. Ia
bekerja di perusahaan game Atari bersama Steve Wozniak. Suatu ketika,
Steve Jobs tertarik pada komputer desain Wozniak. Ia pun membujuk
Wozniak untuk mendirikan perusahaan komputer. Dan, sejak itulah,
tepatnya 1 April 1976, di usinya yang ke-21, Steve mendirikan Apple
Computer. Singkat cerita, kisah sukses segera menjadi bagian hidupnya
bersama Apple.
Namun, saat perusahaan itu berkembang,
dewan direksi Apple justru memecat Steve karena dianggap terlalu
ambisius. Sebuah pemecatan dari perusahaan yang didirikannya sendiri.
Meski sempat merasa down, karena kecintaannya pada teknologi, ia pun
segera bangkit. Steve mendirikan NeXT Computer. Tak lama, ia pun membeli
perusahaan film animasi Pixar. Dari kedua perusahaan itulah namanya
kembali berkibar. Hal ini bertolak belakang dengan apa yang terjadi pada
Apple. Perusahaan itu justru di ambang kebangkrutan.
Saat itulah, Steve kembali ke Apple,
hasil dari akuisisi Apple terhadap NeXT. Banyak orang yang meramalkan
Steve tak kan lagi mampu mengangkat Apple. Steve menanggapinya dengan
dingin. “Saya yakin bahwa satu hal yang bisa membuat saya bertahan
adalah bahwa saya mencintai apa yang saya lakukan. Kita harus mencari
apa yang sebenarnya kita cintai. Dan adalah benar bahwa pekerjaan kita
adalah kekasih kita. Pekerjaan kita akan mengisi sebagian besar hidup
kita. Dan satu-satunya jalan untuk bisa mencapai kepuasan sejati adalah
melakukan apa yang kita yakini,” sebut Steve.
Kecintaan inilah yang mengantarkan Steve
kembali mengorbitkan Apple ke jajaran elit produsen alat teknologi
papan atas. iPod dan iPhone saat ini menjadi produk yang sangat laris di
pasaran. Visinya ke depan juga membuat iTunes, sukses jadi toko musik
digital paling sukses di dunia. Ia menjawab keraguan orang dengan kerja
nyata dan hasil gemilang. Bentuk indah, elegan, sederhana, namun
powerful, menjadi ciri khas produk Apple hingga saat ini.
Kecintaan kita pada apa yang kita
lakukan akan menjadi jalan kita menuju kesuksesan. Hal itulah yang
dibuktikan oleh sosok Steve Jobs. Bahkan, meski ia sempat terpuruk dan
“diusir” dari perusahaannya sendiri, kecintaannya pada teknologi
membuatnya kembali. Inilah bukti nyata bahwa jika kita mencintai
pekerjaan kita dengan sepenuh hati, hasil yang dicapai pun akan jauh
lebih maksimal.
Dalam bukunya, Emily Ross & Angus
Holland mengisahkan hal ini cukup menarik. Ia juga memilah-milah kisah
sukses atas dasar sejarah dan kecenderungannya, sehingga mempermudah
pembaca untuk memahami. Sebagai contoh adalah kisah-kisah sukses yang
diraih karena kekuatan adaptasi modelnya. Ross & Holland menyebutkan
Starbucks yang berevolusi dari hanya sebuah toko penjual biji kopi, dan
Coca Cola yang berjaya setelah dikemas dalam botol. Keberanian
mengambil risiko oleh para kreator dan inovator juga menjadi kisah
tersendiri. Keberhasilan Apple menjadi salah satu contoh besarnya. Sang
penemu, Steve Wozniak, sempat ditolak ketika mengajukannya ke
Hewlett-Packard (HP). Ia kemudian menyodorkannya kepada Steve Jobs yang
kemudian menjadi mitranya. Dengan modal uang dari hasil menjual mobil VW
milik Wozniak dan kalkulator HP milik Jobs, mereka membiayai desain
pertama Apple saat Jobs berusia 21 tahun dan Wozniak lima tahun lebih
tua. Siapa sangka kalau kini Apple menjelma menjadi sebuah usaha besar
di dunia.
2. Bette Graham
Sementara itu banyak juga sukses besar yang bermula dari gagasan sepele. Liquid Paper adalah salah satu contohnya. Produk ini bermula dari kebingungan sang penemunya, Bette Graham. Saat itu, seorang ibu yang bekerja sebagai sekretaris ini kerap stres lantaran pekerjaannya dalam mengetik. Bayangkan, bagaimana pusingnya dia ketika harus membuat hasil ketikannya rapi dan bersih, sementara ketikannya kerap salah. Suatu ketika tanpa sengaja dia melihat seorang tukang cat tengah mengecat. Tukang cat itu ternyata tak sengaja menodai hasil kerjanya. Untuk membersihkannya, pengecat itu kemudian menimpa noda itu dengan cat putih. Dari situ, Graham terpikir untuk melakukan hal serupa. Dia mencoba menggunakan cat tempera putih berbahan dasar air dan kuas tipis untuk menutup kesalahan ketiknya. Ternyata berhasil. Pada tahun 1957 ketika teman-temannya mengetahui hal ini, Graham mulai mengomersialkan, hingga mampu menjual sekitar 100 botol per bulan. Hebatnya, 15 tahun kemudian, perusahaan yang didirikan berhasil menjual sedikitnya lima juta botol per tahun.
3. Dietrich Mateschitz
Yang tak kalah menarik adalah sukses besar yang terjadi karena kecerdikannya dalam mengadopsi ide orang lain. Contohnya Dietrich Mateschitz yang mengubah tonik menyehatkan asal Thailand, si kerbau air merah alias Krating Daeng, menjadi manis dan berbuih yang cocok untuk orang-orang Austria. Ia lantas mengemasnya lebih menarik dalam kaleng ramping, dan memberinya merek Red Bull. Dengan klaim sebagai ‘minuman cerdas’ yang mampu meningkatkan kinerja seseorang, Red Bull menangguk sukses besar. Pada tahun 2006, penjualannya mencapai 3,5 miliar dolar AS, dan kini diperkirakan jauh melebihi angka itu.
4. Michael Dell
Sukses juga bisa terjadi pada seseorang yang memiliki kemampuan berinovasi dan melakukan eksekusi lebih baik terhadap ide yang sudah ada. Michael Dell adalah salah satu contohnya. Ia berhasil menembus industri yang memuja inovasi tanpa membuat inovasi dengan tangannya sendiri. Dia mulai membangun komputer rakitan di kamar kosnya dan menjualnya dengan harga relatif murah melalui pos. Kini, siapa tak kenal komputer Dell? Langkah sama terjadi pada Sergey Brin dan Larry Page. Ia melakukan inovasi yang serupa, sehingga Google-nya kini sukses menyaingi mesin pencari yang lebih dulu ada, seperti Yahoo!, Alta Vista, dan Lycos.
5. Coco Chanel
Ada juga tentang para penemu yang kurang beruntung. Sebaliknya keuntungan justru dinikmati orang lain. Salah satu contoh adalah Coco Chanel. Ketika parfum pada umumnya dibuat dengan satu jenis bunga, Coco menemukan ramuan parfum yang luar biasa: hasil perpaduan beberapa jenis bunga yang kemudian menghasilkan Chanel No. 5. Tapi sayang, akibat kesulitan modal, Coco haus berkongsi dengan keluarga Pierre Wertheimer, yang mempunyai infrastruktur untuk memproduksi parfum berskala besar. Hasilnya? Keluarga Wertheimer yang justru menikmati kekayaan, bahkan hingga cucunya yang sekarang. Seratus jurus sukses bisa menjadi inspirasi bagi pembaca, bahwa sukses besar bisa terjadi pada siapa saja dan dengan cara apa saja. Yang penting adalah ketekunan dan keberanian dalam menghadapi risiko.
Infonya menarik gan Kisah Sukses
BalasHapus