Sabtu, 05 Januari 2013

Theo Albrecht

Theo Albrecht 300x203 Theo Albrecht (Orang Terkaya No 10) Bag 3: Berjaya di Negeri Paman Sam.Melanjut postingan (Orang Terkaya No 10) Bag 2: Menjauhkan Diri Dari Sorotan Media, kali ini PengusahaDunia.com mengupas lanutan dari Theo Albrecht, yaitu Berjaya di Paman Sam atau Amerika Serikat.

Resep besarnya bisnis ritel yang digunakan oleh Theo Albrecht adalah diskon harga yang membuat raja supermarket Amerika Serikat (AS), Wall-Mart, harus angkat kaki dari Jerman lantaran kalah bersaing dengan . Ketika krisis keuangan menyerbu AS, justru makin berjaya di negeri Paman Sam itu. Gerai menjadi tujuan favorit masyarakat AS yang menginginkan belanja dengan harga murah. Meskipun menjadi salah satu supermarket dengan jaringan terluas, gerai sangat jauh dari kesan mewah dan gerai lebih mirip gudang. Tapi Theo Albrecht memang sengaja membangun dengan konsep sederhana.

Pada setiap gerai Aldi hanya menempatkan sedikit rak dan menumpukkan barang dagangan di beberapa keranjang besar. Selain mengurangi penempatan rak, jumlah karyawan di setiap gerai Aldi juga relatif sedikit dibandingkan dengan gerai peritel lain. Cara ini Aldi dapat menghemat anggaran, sehingga dapat dengan mudah memberikan potongan harga produk, serta menambah jumlah gerai. Dieter Brandes, mantan Managing Director Aldi pernah bekerja di Aldi selama 14 tahun mengungkapkan, konsep utama pengoperasian Aldi adalah kesederhanaan. Budaya hemat memang selalu diterapkan Theo dalam menjalankan bisnisnya. Theo selalu mematikan lampu toko ketika siang hari. Untuk pembukuan, Theo juga selalu membagi satu lembar kertas buku agar tidak boros kertas.

Perjalanan bisnis Theo bukanlah tanpa cacat. Aldi pernah menghadapi tuduhan penggelapan pajak pada tahun 1970-an. Pemerintah Jerman mendakwa Theo menggelapkan pajak US$ 1,3 juta. Tapi belakangan tuduhan itu berubah menjadi tunggakan pajak, dan Theo pun membayar tagihan tersebut. Setelah menuntaskan masalah pajak, Theo terus menambah gerai hingga jumlahnya mencapai ribuan pada awal 1980. Emily Ross dan Angus Holland, jurnalis ekonomi dan penulis buku, memasukkan Theo dan di dunia usaha ke dalam buku berjudul 100 Great Bussiness Idea. Mereka menilai konsep diskon sebagai kunci keberhasilan Albrecht bersaudara dalam merajai industri ritel dunia. Konsep manajemen yang sederhana Aldi mampu menjelma menjadi raksasa supermarket dunia.

Supermarket ini hampir tak pernah mengumpulkan statistik penjualan atau riset pasar untuk mengembangkan pasar. Mereka lebih memilih konsep terus berusaha dari setiap kegagalan (trial and error). Disaat supermarket lain yang menyediakan banyak troli bagi pembeli, Aldi justru sebaliknya. Bahkan, hingga saat ini, Aldi hanya menerima pembayaran uang kas dan tidak menerima pembayaran dengan kartu kredit. Di Jerman, perlakuan seperti ini mungkin sudah biasa. Namun ketika pertama kali beroperasi di Amerika Serikat (AS), warga AS banyak yang mengeluh soal minimnya pelayanan Aldi meskipun akhirnya mereka bisa menerima ketidaknyamanan tersebut, karena Aldi memberikan harga super miring. Konsep potongan harga juga membuat pesaing Aldi kelabakan. Pada tahun 2006, Aldi yang memberi diskon besar-besaran, gerai Wal-Mart, raja supermarket dari AS tak laku, dan akhirnya hengkang dari Jerman. Sebaliknya Aldi terus gencar berekspansi di AS.

Ketika negeri Paman Sam mulai dihajar resesi global tahun lalu, Aldi semakin berjaya. Masyarakat yang semakin selektif dalam menghabiskan uangnya, menganggap Aldi sebagai tempat yang pas untuk berbelanja. Sejak Oktober 2008 hingga sekarang, Aldi menambah 75 gerai baru di AS, termasuk pembukaan cabang pertama di New York. “Aldi adalah fenomena asal Jerman di dunia bisnis,” tulis Wall Street Journal. Berawal dari toko kelontong biasa berukuran kecil, Theo dan Karl mampu membangun ribuan “gudang” dengan omzet sebesar US$ 50 miliar per tahun. Kini Albrecht bersaudara ini menempati urutan pertama dan kedua dalam jajaran orang terkaya di Jerman.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar