Sabtu, 05 Januari 2013

Bisnis Broker, Bisnis Kepercayaan

Ingin menjadi usahawan dan profesional yang dipandang ? Anda mesti memenuhi kriteria pokok yakni bisa dipercaya. Kalau aspek ini sudah digenggam erat maka Anda akan mudah melakukan berbagai aktivitas bisnis sebab akses telah terbuka lebar. Masyarakat bisnis akan ramah kepada Anda.
Salah satu bisnis yang amat menekankan aspek kepercayaan adalah broker properti. Dalam lima belas tahun terakhir perusahaan broker berkembang pesat terutama di Benua Eropa, Amerika Serikat, Australia, dan beberapa negara Asia Timur. Di Indonesia bisnis ini amat berkembang dalam 10 tahun terakhir. Ada broker yang membentuk perusahaan berbadan hukum, ada yang memilih berjalan seorang diri sebagai agen individu profesional, dan ada yang membentuk satu kelompok broker terdiri dua orang atau lebih.
Secara sederhana bisa disebutkan bahwa mereka inilah, yang berlandaskan aspek kepercayaan tadi. Yang menjadi perantara pembeli dan penjual. Mereka memudahkan warga yang hendak menjual rumah atau
tanah, dll ataupun sebaliknya memudahkan orang yang ingin mendapatkan rumah atau tanah, dll yang diinginkannya.
Dalam perkembangan saat ini para broker baik berbadan hukum maupun broker individu berperan besar dalam penjualan apartemen berskala menengah-besar. Mereka juga memainkan peran penting dalam upaya menjual produk-produk properti seperti: pusat bisnis, rumah toko (ruko), rumah kantor (rukan), mal, unit-unit rumah di perumahan besar, menengah, kecil, dan sebagainya.

Biasanya, demi mengejar kinerja terbaik para pemain properti saling berkompetisi untuk menggaet para broker properti yang mempunyai reputasi tinggi. Siapa yang memperoleh agen papan atas yang notabene mempunyai modal trust, ia berpotensi besar meraih kinerja optimal. Sebab, para broker properti inilah yang mempunyai rentang sayap amat lebar yang bisa menjangkau konsumen. Mereka mendampingi para staff pelayanan konsumen dan calon konsumen perusahaan properti yang berkantor di lokasi proyek properti.
Dalam catatan Kompas, beberapa proyek besar apartemen di Jakarta terutama menengah ke atas memanfaatkan tenaga broker properti secara optimal. Perusahaan properti memperoleh manfaat karena proyeknya mendapat pasar yang cukup baik sementara broker properti memperoleh fee yang bukan main besarnya.
Para broker properti individu juga meraih kinerja bagus. Bagi yang mempunyai jaringan luas, mampu bekerja keras, dan bisa dipercaya akan memperoleh kompensasi jasa yang besar. Beberapa broker properti ini menyatakan mereka bisa memperoleh Rp. 150 juta perbulan jika lagi beruntung. Dan "cuma" Rp. 25 juta perbulan kalau sedang apes.

Namun di balik berkilaunya bisnis
broker properti ini, beberapa broker senior menyatakan keprihatinannya atas ulah sejumlah broker yang kurang menekankan aspek kejujuran. Ada broker yang menjual 10 apartemen akan tetapi hanya melapor menjual tiga apartemen. Menjual tiga apartemen tetapi menyatakan tidak menjual sama sekali. Atau berhasil menjadi perantara penjualan tiga unit rumah hanya melaporkan satu ke induk broker properti. Ini memang soal yang memprihatinkan.
Seorang usahawan properti menyatakan dapat "memahami" kalau tingkat ketidakjujuran itu tidak mencolok. Misalnya kalau menjual 10 unit rumah tetapi hanya melaporkan tujuh unit. Namun katanya, kalau penjualan 10 unit tetapi melaporkan hanya dua atau tiga unit ini memang keterlaluan. Dan inilah fenomena yang paling kerap terjadi.
Persoalannya bukan semata jujur atau tidak jujur, untung besar atau tidak untung besar, berkinerja baik atau tidak. Akan tetapi sebuah bisnis ataupun sebuah pekerjaan harus dilakukan dengan menekankan asas kepercayaan. Kalau aspek ini sudah diabaikan dan jika nilai-nilai luhur sebuah bisnis tak digenggam lagi maka bisnis itu tak akan bertahan lama. Sejarah panjang para pebisnis dunia juga pebisnis Indonesia sudah membuktikan itu. Oleh sebab itu janganlah bermain-main dengan  kejujuran dan kepercayaan.
Bisnis broker properti kini tengah berkembang pesat. Akan sangat bernilai kalau para pelaku di dunia bisnis ini menjalankan pekerjaannya dengan hati dan nurani.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar